Wednesday, September 1, 2021

Published September 01, 2021 by with 0 comment

Ya, Begitulah

Diam 

Adalah sombol segala keluh kesah

Dengan sisa-sisa tenaga berteriak terisak hingga lelah

Duhai cinta, aku mengalah

Wahai rindu, aku menyerah



Kalah




Halahhh, lebay




Read More
      edit

Friday, April 2, 2021

Published April 02, 2021 by with 0 comment

Entah

lalu dirimu hadir

bagaikan air di gurun pasir

yang mampu menyegarkan insan yang sedang kehausan

menutup semua luka yang terbuka

sejukkan hati yang membara karena duka

ahhh kau sudah ada yang punya rupanya

namun hati tak bisa dibohongi

jatuh cinta ini tak dapat dihindari

sudah terlanjur membangun tahta dalam hidup dan batin ini

di manakah nanti dermaga akhirmu?

di manakah nanti kapalmu berlabuh?

Entah


Read More
      edit

Wednesday, March 24, 2021

Published March 24, 2021 by with 0 comment

Penjual korek

Pukul sembilan pagi, Ode duduk santai di atas bebatuan di bibir pantai Teriknya matahari tak menghalanginya untuk menikmati hembusan angin yang cukup kencang, padahal masih cukup pagi, namun matahari begitu menyengat, bahkan pantulannya begitu berkilau di lautan. Ode duduk sambil menunggu kopinya datang.

Sabtu ini pantai tersebut cukup ramai didatangi orang yang menikmati akhir pekan. mungkin kebanyakan para pekerja kantoran, ada beberapa juga anak remaja yang sekolahnya hanya lima hari saja. Ode ada di dekat mereka. Salah satu dari mereka memaikan ukulele dengan asal-asalan, diikuti nyanyian ketiga temannya yang juga tidak senada.

Matanya tertuju pada wanita yang berkeliling mendagangkan sesuatu. Wanita tersebut kerap kali ia lihat di pantai itu, selalu mendagangkan barang yang sama. Wanita dengan kaos oblong coklat, celana pendek jeans dan sepatu kets, mengenakan topi warna putih dengan rambut kuncir kuda yang sedikit keluar dari lubang pengancing topinya  yang sudah menjadi ciri khasnya.

Wanita itu yang menjadi alasan Ode selalu berkunjung ke sana.

Dengan sedikit melompat-lompat kecil, wanita itu menghampiri beberapa pengunjung. Tidak semuanya. Yang dihampirinya hanya para perokok aktif. Ya, wanita itu menjual korek api. Dari ujung ke ujung hanya mendapat penolakan dari pengunjung. Rata-rata sudah membawa korek sendiri.

Americanno susunya datang, Ode menaruhnya dengan hati-hati di atas bebatuan itu. Di keluarkannya rokok dari tas kecilnya, mengambilnya sebatang, dijepitnya batang rokok itu di kedua bibirnya. Ia kembali mengobrak-abrik isi tasnya, namun yang ia cari tidak ia dapatkan. Ode merogoh kantung celana hingga jaket, tetap tidak ia dapatkan cenda yang ia cari.

Ode tersentak kaget ketika sebuah tangan tepat berada di samping wajahnya. Ode menoleh ke arah seseorang yang sepertinya sudah tahu benda apa yang ia perlukan. "Lima belas ribu saja kak, dapat 3 buah" tawarnya. Ode dengan tersenyum-senyum kecil memberikan uang dua puluh ribu kepada wanita itu.

"Hai, namaku Ode" sapa nya sembil menerima uang kembalian.
"Aku, Martina" dijawab dengan sekali anggukan
"Terima kasih kak, sampai ketemu lagi Sabtu depan, dah"

Ode menyalakan rokoknya dengan korek yang baru dibeli, sambil membuat kepulan asap ia melihat wanita itu yang sudah berjalan menjauhinya.

"Ya, sampai ketemu lagi"

Ode tertawa kecil diringi lagu oleh sekumpulan remaja tadi:


Gayamu dan wajahmu
Terbawa dalam mimpi
Diriku, dimabuk asmara

Hati yang berbunga
Pada pandangan pertama
Oh, Tuhan, tolonglah
Aku cinta, 'ku cinta dia


Read More
      edit

Tuesday, March 16, 2021

Published March 16, 2021 by with 0 comment

Ya, Itulah Aku

Gundahku hanya sementara.
Lelahku juga tak selamanya.
Cengkraman mataku masih sama.
Genggaman tanganku masih tentang dia.
yang selalu ku sematkan di setiap hela nafas dan doa.

Aku tetaplah aku, sibuk melawan diri sendiri.


Sabtu, 2 November 2019



Read More
      edit

Saturday, March 6, 2021

Published March 06, 2021 by with 0 comment

Ampas Kopi Lelaki Tua

Tekonya sudah berbunyi nyaring

Seorang lelaki tua  menuangkan air panas tersebut ke dalam cangkir yang sudah terisi serbuk kopi

Sambil mengaduk minumannya, berjalan terseok-seok, menyeret kaki kirinya, ke arah balkon

Diputarnya lagu My Way dari Frank Sinatra dari HP-nya

Mencucup perlahan kopi yang ia buat

Dinikmatinya suasana luar

Langit sedang tidak bersahabat

Matahari bersembunyi malu di balik awan hitam

Suasana suram, angin tak bisa menahan amukannya

Lagu habis, begitu pula kopinya

Hanya tersisa ampas, yang dilempar begitu saja dari sana

Saat ia berbalik, ada seseorang berdiri di depan pintu masuk

Membawa balok kayu, mendekat kearahnya dengan penuh amarah

Dengan ampas kopi di kepalanya

Dua pukulan mendarat di kaki kiri lelaki tua itu

Lelaki tua mengerang kesakitan

Sebuah pukulan lagi mendarat

Kemudian senyap

Orang itu mengambil cangkir yang masih di pegang lelaki tua

Mengisinya dengan kopi dan air panas

Berjalan terseok-seok menyeret kaki kirinya ke arah balkon

Diputarnya lagu My Way dari Frank Sinatra dari HP lelaki tua tadi

Mencucup habis kopinya hingga lagu berhenti

Dibuangnya ampas kopi tadi begitu saja dari sana

Saat berbalik, seseorang berdiri dari arah pintu masuk

Dengan ampas kopi di atas kepalanya, sambil membawa balok kayu

Menatapnya dengan penuh amarah



Read More
      edit

Wednesday, February 10, 2021

Published February 10, 2021 by with 0 comment

Pergi untuk bahagia, kembali dalam keadaan duka

Malam sunyi pergi tinggalkan mimpi
Gelapnya, kelamnya, dan pekatnya perlahan memudar
Sapaan yang biasa ku sampaikan padamu
Hai....
Sudahkah kau beranjak dari lelapmu?
Bersabar ku nanti jawabanmu
Sembari menghirup sejuknya embun, berharap dalam tanya
Hati ini cemas beradu dibumbui oleh resah
Namun angin dengan sopannya, permisi mengabari
Tentang kamu yang ternyata telah pergi dan aku yang sedang terluka
Mengenang kamu yang takkan kembali
Tapi aku masih saja menanti
ahhhh, Biarlah
Biarkan,biarkan sampai aku mampu melepaskan
Tenang....
Tenang....
Tenang....
Aku hanya ingin tenang
Ingin segera mata ini memandangmu yang tak kunjung datang
Hingga banyak waktu yang terbuang
Malam pun sudah datang lagi dan semua kata-kataku hilang
Menyuruhku untuk pergi
Berfikir waktu bisa ku ulang
Aku berharap.......
Saat itu.....
Aku kembali tenang

-malam minggu, sebelum 14 Februari 2021-
Read More
      edit

Friday, February 5, 2021

Published February 05, 2021 by with 0 comment

90 DETIK

Lampu sudah berubah dari kuning menjadi merah, beberapa kendaraan sudah menghentikan kendaraannya. terlihat tiga orang bocah berseragam putih merah menyebrang melalui zebra cross sambil berlari, saling mengejar satu sama lain. Terlihat dari wajah mereka yang sangat senang, karena baru pulang sekolah. Seorang pengendara motor berhenti tepat di jalur paling kiri, tidak lupa ia menyalakan lampu sein kirinya, dengan mengenakan jaket denim biru, sarung tangan hitam, dan sepatu boots coklat senada dengan warna celana panjangnya, menggendong tas besar berisi gitar, sepertinya ia akan mengisi acara dengan grup bandnya.

Di sebelahnya pengendara motor juga yang merupakan sepasang kekasih dengan kaos dan helm couple nya sedang bersenda gurau sambil berbincang-bincang akan berkencan di mana hari ini. Di sebelah mereka ada pengendara motor juga, suami-istri beserta satu anak mereka yang duduk di bagian depan, merengek-rengek minta dibelikan mainan, ketika seorang kakek penjaja mainan tradisional menghampiri mereka.

Sebuah mobil berhenti tepat di belakang garis lajur motor, terdengar lagu “When We Were Younger” dari Loving Caliber. Di dalamnya sepasang kekasih saling diam membisu, tak ada perbincangan di antara mereka, seperti habis bertengkar. Dari arah luar jendela tampak seorang kakek penjaja mainan sekaligus bunga mawar dan pernak-pernik lainnya menawarkan dagangannya kepada penghuni mobil itu. Sang perempuan hanya mengibaskan tangannya mendandakan penolakan.

Di pinggir troroar seorang pengamen dengan lantangnya bernyanyi, lalu seorang temannya berkeliling menghampiri para pengendara, menyodorkan sebuah kantung yang berisi beberapa uang receh, berharap ada yang memberikan sedikit uangnya kepada mereka sebagai musisi jalanan (begitulah sebutannya).

Lampu peenunjuk hitungan di lampu merah perhalan bergerak mundur, 10-9-8-7…dan seterusnya, teman pengamen, dan kakek tadi segera berbalik menuju trotoar sebelum hitungan habis. Saat di hitungan 3-2-1 lampu seketika berubah hijau. Denting klakson dari berbagai arah menyeruak seakan para pengendara tidak sabar untuk melanjutkan perjalanannya. Bunyi yang selalu membuat jengkel. Lampu yang menyala hijau itu akan berubah menjadi merah lagi 30 detik kemudian. Kemanakah mereka yang berhenti tadi? Pemuda pembawa gitar, sepasang kekasih di motor dan mobil? Suami-istri dan anaknya? Akankah mereka bertemu lagi di lampu merah berikutnya? Apa lagi yang mereka lakukan selama 90 detik, selain menungggu lampu berubah hijau?

Read More
      edit
Powered by Blogger.

About Me

My photo
(Kita) tercipta dan ditakdirkan untuk tidak bertemu bahkan saling ber(interaksi)

Interaksi