Aku berjalan menyusuri lorong yang selalu ku lewati setiap hari
berjalan dari arah pantry dengan membawa secangkir minuman hangat yang selalu ku teguk di kala penat
menuju ruangan yang acap kali membuatku merasa "tak seharusnya aku masih di sini di jam ini"
duduk kembali di kubikelku lalu mengembuskan nafas panjang
hufffftt kapan ini akan selesai
Kulihat ke arah jendela, langit sudah mulai gelap
bukan, bukan karena malam hari, tapi ,mendung
sendu,kelabu,syahdu
aku menuju jendela itu, lalu membukanya perlahan
kurasakan semilir angin, menikmati setiap hembusannya, dan menghirup aroma khasnya
Tak butuh waktu lama, rintik pun mulai berjatuhan
semakin banyak, semakin banyak,
lalu aku berbisik dalam hati "hei hujan, bertahanlah lebih lama" pintaku pada langit
Kulihat di bawah gedung, orang-orang berlarian mencari tempat untuk berteduh
adapula beberapa motor yang menepi, pengemudi turun untuk membuka jok lalu mengenakan mantel
sebagian melajukan kendaraannya lebih cepat seakan merasa bodo amat basah ya basah sekalian
ada juga yang sudah siap sedia membawa senjata dikala musim hujan sudah tiba, ya payung
membukanya lalu dikenakannya di atas kepala.
Aku suka hujan
riyuh namun menenangkan
hujan seringkali menyuguhkan kenangan dan kedamaian
walaupun terkadang aku menelan kenangan
dan itu terasa sangat menyebalkan
Kenangan itu sering membuatku terisak-isak hingga hari ini
wahai hujan, hasih ingatkah kau tentang cerita itu?
tolong simpan itu bak-baik
hanya kaulah saksi betapa kuatnya aku hingga hari ini masih dapat berdiri tegak
terima kasih hujan, kau selalu sejukkan hatiku
Oh iya, sebelum aku kembali ke kubikelku ada satu hal yang ingin ku tanyakan padamu:
"Mengapa kau selalu kembali, meskipun sudah jatuh berulang kali?"
Denpasar, 10 Oktober