"Hai, bagaimana kabarmu?" Pesan yang kau kirim hari ini, Oktober, 10 tahun sejak komunikasi kita terhenti.
Read More
Sejak terakhir aku melihat punggungmu berlalu memasuki pintu keberangkatan, kau dan aku saling melambaikan tangan, seminggu pertama begitu berat.
==
"Hei, bagaimana sekolahmu?" kurang lebih begitu pertanyaan yang ku lontarkan. Semoga lancar dan kau rajin masuk kelas tanpa bolos sekalipun, jangan ulangi lagi kenakalanmu disini ya"
Ku dengar juga kau menjadi ketua organisasi, dengan kampanyemu yang membuat para siswa disana jatuh hati untuk memilihmu.
==
"Hai bagaimana hari-harimu disana?, pinter sudah bisa cuci baju dan setrika sendiri tanpa membuang uang untuk laundry, padahal dirumahmu pegang sapu pun kau tak pernah"
==
"Bagaimana KKN nya? Semoga ilmu yamg kamu dapat selama ini dapat kamu aplikasikan sebagai pengabdian masyarakat, oh iya bahkan ku dengar juga masyarakat disana tak, rela kau kembali"
==
"Hei, selamat ya sudah lulus dengan predikat cumlaude dan tugas akhir terbaik, selamat telah mendapat gelar yang kau impi-impikan selama ini, maaf ya belum bisa ikut mendampingi di upacara kelulusanmu, aku selalu medukungmu apapun itu"
==
"Wahh, hebatkamu langsung direkrut perusahaan ternama dengan gaji yang fantastis. Selamat ya, semoga bisa mengemban tanggungjawab yang diberikan, bahkan aku disini masih sibuk mencari, sudah apply dimana-mana, belum ada satu panggilan pun -
Kamu sering lembur, ingat jaga kesehatanmu, jaga pola makan, rajin-rajin olahraga"
Jaga dirimu baik-baik, aku merindukanmu.
Begitulah ribuan kalimat yang tak pernah tersampaikan ke kamu.
==
Kabar yang ku dapat tak pernah langsung ku dengar darimu.
Aku hampir menyerah, ya sudah jaga dirimu.
Temani mimpiku sesekali, aku sudah memimpikanmu berkali-kali
==
"Hai, bagaimana kabarmu?" Pesan yang kau kirim hari ini, Oktober, 10 tahun sejak komunikasi kita terhenti.
Apa? Sudah basa-basinya? Jangan pernah berharap aku menayakan balik kabarmu itu.



