Pukul sembilan malam Randy masih serius dengan pekerjaannya, lembur memang menyiksa fisik dan pikirannya. Menjelang tutup tahun ia dan rekan-rekan kerjanya selalu kerja overtime.Masih serius dengan apa yang ia kerjakan, tiba-tiba sebuah alunan lagu Coldplay berputar:
Yeah how long must you wait for it?
Yeah how long must you pay for it?
Yeah how long must you wait for it?
Yeah how long must you pay for it?
Yeah how long must you wait for it?
Telepon pintarnya berdering, ada panggilan masuk dari Ade, rekan kerjanya. Randy mengacuhkannya, ia tidak mengangkat panggilan itu. Teleponnya bedering sekali lagi, masih juga diacuhkannya. Sampai pada akhirnya ada pesan masuk "Ke jembatan sekarang, ini gawat". Randy tidak membukanya, hanya melihat pesan itu dari notifikasi bar. Pesan masuk sekali lagi "CEPAT KE SINI SEKARANG". Randy mendengus kesal, sambil berjalan lunglai ia menuju tempat tersebut. Jembatan yang di maksud adalah penghubung antara gedung A dan gedung B tempat kerjanya.
Sampai di jembatan tersebut, terlihat dua rekannya Ade dan Mita. Ade yang sedang berdiri kebingungan dan cemas dan Mita terlihat merunduk sambil menangis. "Coba kau saja yang ajak bicara" ucap Ade lalu dia pergi begitu saja.
"Ada apa? Elo kenapa?" tanya Randy
"Gue takut Ran" jawab Mita dengan suara bergetar
"Apa yang Elo takutkin?"
"Gue takut kehilangan, Ran"
"G.Gue takut kehilangan seseorang yang gue sayang karena kesalahan gue"
Mita lalu mengangkat tubuhnya lalu menaiki pembatas hendak melompat, dengan refleks Randy berusaha menghentikan aksi nekat Mita.
"Jangan Mit, jangan bertindak bodoh"
"Biarkan, daripada gue sakit karena merasa kehilangan, lebih baik gue aja yang pergi"
"Gue mohon jangan Mit"
Mita tetap bersikeras. lelah karena melihat Mita seperti itu,
"Kalo elo lompat, gue juga lompat" randy menatap Mita dengan tajam
Mita menatap Randy dengan mata berkaca-kaca, lalu mengurungkan niatnya, ia memeluk Randy erat-erat.
"Maafin gue Ran, gue cuma takut kehilangan orang yang gue sayang"
Randy memeluk sampil mengelus kepala Mita, berusaha menenagkannya.
"Gue sayang elo Mit, jangan lakukan itu lagi"
"Gue juga Ran, maafin gue sekali lagi ya"
Randy mengangguk, memeluk Mita dengan erat
"Gue ga akan pernah ninggalin loe Mit, Gue janji"
Pelukan itu bisa jadi yang terakhir kalinya.
Di sebuah Altar yang dihiasai selendang chiffon berwarna peach dengan rangkaian bunga mawr senada dengan lampion kecil, tidak lupa berjejer lilin putih terlihat begitu sakral. Sepasang berjalan menuju altar tersebut. Wanita itu begutu anggun dengan gaun putihnya begitu juga dengan mempelai pria yang begitu tampan dengan kemeja putih, ditutupi jas hitam. Wanita itu begitu bahagia, dengan senyum yang menawan. Ya, wanita itu adalah Mita.
Di atas Altar kedua mempelai mengikat janji suci pernikahan, dikenakannya cincin di jari manis Mita oleh mempelai pria, begitu pula sebaliknya. Sebuah ciuman yang begitu romantis memecahkan suasanya, membuat semua tamu bertepuk tangan dan ikut merasakan kebahagiaan.
Randy melihat Mita dan tersenyum tipis, tak terasa air matanya pun menetes. Itulah Randy, melihat Mita dari kursi tamu. Lalu ia tertunduk lesu.
Dari dalam hati, Randy bergumam:
"Kenapa tak kubiarkan saja dia melompat waktu itu"


